Pengertian
Terapi Humanistik Eksistensial
Terapi eksistensial humanistik adalah terapi yang
sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup
pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan
manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya. Beberapa tokoh
dalam humanistik eksistensial, salah satunya adalah Abraham Maslow menyebutnya
sebagai teori holistic-dinamis karena teori ini menganggap bahwa keseluruhan
dari seseorang termotivasi oleh satu atau lebih kebutuhan dan orang memiliki
potensi untuk tumbuh menuju kesehatan psikologis yaitu aktualisasi diri. Untuk
memnuhi aktualisasi diri, ada beberapa kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi
yaitu kebutuhan akan lapar, keamanan, cinta, dan harga diri. Setelah itu semua
terpenuhi, maka seseorang bisa mencapai aktualisasi diri. Tujuan mendasar
eksistensial humanistik adalah membantu individu menemukan nilai, makna, dan
tujuan dalam hidup manusia sendiri. Juga diarahkan untuk membantu klien agar
menjadi lebih sadar bahwa mereka memiliki kebebasan untuk memilih dan
bertindak, dan kemudian membantu mereka membuat pilihan hidup yang
memungkinkannya dapat mengaktualisasikan diri dan mencapai kehidupan yang
bermakna.
Konsep
Utama Terapi Humanistik Eksistensial
1. Kesadaran diri
Manusia
memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang
unik dan nyata yang memungkinkan manusia dapat berpikir dan memutuskan.
Kesadaran diri membedakan manusia dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Pada
hakikatnya semakin tinggi kesadaran seseorang maka semakin dia hidup sebagai
pribadi. Meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan seseorang
untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia. Peningkatan kesadaran diri
yang mencakup kesadaran atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi,
faktor-faktor yang membentuk pribadi, dan atas tujuan-tujuan pribadi.
2. Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan
Kesadaran
atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi bagian
dasar bagi manusia. Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia yang
dimana merupakan sesuatu yang patologis, sebab dia bisa menjadi suatu tenaga
motivasional yang kuat untuk pertumbuhan kepribadian.
3. Penciptaan makna
Manusia
itu unik, dalam arti lain bahwa selalu berusaha untuk menemukan tujuan hidup
dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Manusia
pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas diri. Manusia memiliki
kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna,
sebab manusia adalah mahluk yang rasional dan makhluk sosial yang tidak dapat
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Tujuan
Terapi Humanistik
1. Menyajikan
kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan hidup
manusia.
2.
Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi pada diri
seseorang.
3.
Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan
memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korban
kekuatan-kekuatan deterministik di luar dirinya sendiri.
4.
Membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas
kesadaran dirinya.
5.
Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupannya sendiri.
Fungsi
dan Peran Terapis
Terapis
di dalam terapi humanistik eksistensial memiliki tugas yang paling utama, yaitu
berusaha agar dapat mengerti pasien sebagai sesuatu yang ada di dalam dunia.
Dimana tekhnik yang digunakan selalu mendahului suatu pengertian yang mendalam
terhadap pasiennya. Prosedur yang digunakan bisa bervariasi tidak hanya dari
klien yang satu ke klien yang lain tapi juga dari satu fase ke fase terapi yang
dijalani oleh klien yang sama.
Prosedur
dan Tekhnik Terapi Humanistik
a.
Kapasitas Untuk Sadar Akan Dirinya : Implikasi Konseling.
Meningkatkan kesadaran diri, yang
mencakup kesadaran akan adanya alternatif, motivasi, faktor yang mempengaruhi
seseorang dan tujuan hidup pribadi seseorang, merupakan sasaran dari semua
konseling yaitu tugas terapis untuk menunjukkan kepada klien bahwa peningkatan
kesadaran memerlukan imbalan.
b.
Kebebasan dan Tanggung Jawab : Implikasi Konseling.
Terapi eksistensial terus-menerus
mengarahkan terfokus pada pertanggungjawaban klien atas situasi Mereka. Mereka
tidak membiarkan klien menyalahkan orang lain, menyalahkan kekuatan dari luar.
Apabila klien tidak mau mengakui dan menerima pertanggungjawaban bahwa
sebenarnya mereka sendirilah yang menciptakan situasi yang ada, maka sedikit
saja motivasi mereka untuk ikut terlibat dalam usaha perubahan pribadi. Terapis
membantu klien dalam menemukan betapa mereka telah menghindari kebebasan dan
membangkitkan semangat mereka untuk belajar mengambil resiko dengan menggunakan
kebebasan yang ada. Kalau tidak berbuat seperti itu berarti klien tidak mampu
berjalan dan secara neurotik menjadi ketergantungan pada terapis. Terapis perlu
mengajarkan klien bahwa secara eksplisit mereka menerima fakta bahwa mereka
memiliki pilihan, meskipun mereka mungkin selama hidupnya selalu berusaha untuk
menghindari dari smeua pilihan itu sendiri.
c.
Usaha Untuk Mendapatkan Identitas dan Bisa Berhubungan Dengan Orang Lain :
Implikasi Konseling.
Menantang klien untuk mau memulai
meneliti cara dimana mereka telah kehilangan sentuhan identitas mereka,
terutama dengan jalan membiarkan orang lain memolakan hidup bagi mereka. Proses
terapi itu sendiri sering menakutkan bagi klien dimana pada saat itu mereka
melihat kenyataan bahwa mereka telah menyerahkan kebebasan mereka kepada orang
lain dan bahwa dalam hubungan terapi mereka terpaksa menerima kembali. Dengan
jalan menolak untuk memberikan penyelesaian atau jawaban yang mudah maka
terapis memaksa klien berkonfrontasi dengan realitas yang hanya mereka sendiri
yang harus bisa menemukan jawaban mereka sendiri dan dalam diri mereka sendiri.
d.
Pencarian Makna : Implikasi Konseling.
Kondisi yang tumbuh dari perasaan
ketidaksempurnaan atau kesadaran akan kenyataan bahwa orang ternyata tidak
menjadi siapa dia seharusnya. Ini adalah kesadaran bahwa tindakan serta pilihan
sesorang mengungkapkan kurang dari potensi sepenuhnya yang dimilikinya sebagai
pribadi. dimana orang mengabaikan potensi-potensi tertentu yang dimiliki, maka
tentu ada perasaan kesalahan eksistensial ini. Beban kesalahan ini tidak
dipandang sebagai neurotik, juga bukan sebagai gejala yang memerlukan
penyembuhan. Yang dilakukan oleh terapis eksistensial adalah menggalinya untk
mengetahui apa yang bisa dipelajari klien tentang cara mereka menjalani
kehidupan. Dan ini bisa digunakan untuk menantang kehadiran makna dan arah
hidup.
e.
Kecemasan Sebagai Kondisi Dalam Hidup : Implikasi Konseling.
Kecemasan adalah materi dalam sesi
terapi produktif. jika klien tidak mengalami kecemasan maka motivasi untuk
mengalami perubahan menjadi rendah. maka terapis yang berorientasi eksistensial
dapat menolong klien mengenali bahwa belajar bagaimana bertenggang rasa dengan
keragu-raguan dan ketidakpastian dan bagaimana caranya hidup tanpa ditopang
bisa merupakan tahap yang perlu dialami daam perjalanan dari hidup yang serba
tergantung kea lam kehidupan sebagai manusia yang lebih autonom. Terapis dan
klien dapat menggali kemungkinan yang ada, yaitu bahwa melepaskan diri dari
pola yang tidak sehat dan membangun gaya hidup baru bisa disertai dari pola
yang tidak sehat dan membangun gaya hidup baru bisa berkurang pada saat klien
mengalami hal-hal yang ebih memuaskan dengan cara-cara hidup yang lebih baru.
f.
Kesadaran Akan Maut dan Ketiadaan : Implikasi Konseling.
Latihan dapat memobilisasikan klien
untuk secara sungguh-sungguh memantapkan waktu yang masih mereka miliki, dan
ini bisa mengubah mereka untuk mau menerima kemungkinan bahwa mereka bisa
menerima keberadaannya sebagai mayat hidup sebagai pengganti kehidupan yang
lebih bermakna.
Tahap Pelaksanaan Terapi Humanistik Eksistensial
1.
Tahap pendahuluan
Konselor mambantu klien dalam
mengidentifikasi dan mengklarifikasikan asumsi mereka terhadap dunia. Klien
diajak mendgartikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor
mengajarkan mereka bercemin pada eksistensial mereka dan meneliti peran mereka
dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
2.
Tahap pertengahan
Klien di motivasi agar bersemangat untuk
lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dan sistem mereka. Semangat ini akan
memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas oleh klien.
3.
Tahap akhir
Berfokus untuk bisa melaksanakan apa
yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien di motivasi agar dapat
mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang lengkap. Klien biasanya akan
menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki
tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk
membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaan
kebebasan pribadinya sendiri.
Referensi :
Corey,
Gerald. (1988). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT
Eresco.
Abidin,
Zaenal. 2007. Analisis Eksistensial. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Corey,
Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika
Aditama.
Semiun,Yustinus.(2006). Kesehatan mental
3. Kanisius: Yogyakarta
Feist, Jess dan Feist, Gregory.
(2010). Teori Kepribadian. New York: Salemba Humanika
0 komentar:
Posting Komentar